Categorias
happn-vs-tinder visitors

They wasn’t simply an adverse breakup, it was an abusive, hellish, sabotaging relationships

They wasn’t simply an adverse breakup, it was an abusive, hellish, sabotaging relationships

Sejak keluar dari hubungan itu gue jadi bener-bener bebas merdeka. Semua hal yang dulu dilarang gue kerjain (minum-minum, konseran, travelling sendirian, traveling rame-rame, mabok – however, state zero to pills, rave party, dll dkk), dan emang yang namanya kebebasan tuh nyenengin banget. Tapi di satu sisi, gue sadar efek buruk hubungan itu nggak gue “obatin” dengan bener. Sebelum gue mulai psikoterapi di tahun 2020 di Sanggar Jiwa Bertumbuh (basisnya ilmu psikoanalisa. Nggak pake obat, tapi pake get it done termasuk body get it done supaya bisa ngerilis emosi-emosi yang dikubur bertahun-tahun), gue sering ngeliat diri gue ini jelek dan nggak menarik. Walau di luar senyum-senyum, tapi gue bisa secara sadar ngata-ngatain muka, badan, dan kapabilitas gue sendiri. Padahal gue kalo ngasih semangat atau pujian ke orang lain gampang banget. Tapi ke diri sendiri jadinya jahat aja. Gue juga nggak pernah percaya kalo orang bisa suka sama gue, gue pikir itu aneh karena gue biasa-biasa aja, makanya gue sering memposisikan diri sebagai friends aja dari awal supaya nggak usah sakit hati kalo ternyata (sesuai yang gue percaya di kepala gue), orangnya emang nggak suka sama gue.